Dana Penghiburan
Sedikit Saja Dana untuk Menghibur Diri
Belanja atau jalan-jalan sesukanya, mengapa tidak? Wajib malah! Ini bisa menjadi suntikan energi untuk mengenyahkan lelah sebagai pekerja, sebagai ibu atau bapak rumah tangga. Saban lepas gajian, kita menyisihkan sekian persen gaji atau menetapkan nilai nominal untuk membayar kerja keras. Kehadirannya diperlukan, setara dengan kebutuhan lain, semisal mebayar utang, transportasi dan kesehatan.
Recharging bisa menjadi modal penting untuk memulai kerja-kerja produktif sebagai apa pun kita. Ibu atau bapak rumah tangga perlu keluar dari dapur atau petak-petak lain dari ruangan rumah untuk membeli sepatu atau baju, makan di luar atau jalan-jalan ke luar kota. Istri atau suami yang bekerja pun, tak kalah butuh melepas penat bersama keluarga. Tidak bisa semuanya bisa dibeli. Hanya satu atau dua saja, yang mampu menggariskan senyum puas di kedua ujung bibir. “Yipii akhirnya kebeli juga.”
Membeli baju dan sepatu kerja sebenarnya tidak perlu masuk pos dana ini, kalau merupakan kebutuhan. Kebutuhan berbeda dengan keinginan atau pura-pura butuh. Kalau masih punya tiga pasang sepatu kerja, tapi masih ingin beli lagi, ya itu bukan kebutuhan. Oleh karena itu, bila tetap ngebet memilikinya lantaran modelinya mencuri hati, ambilah dari dana penghiburan. Namun, bila sudah rusak dan harus diganti, artinya butuh.
Besaran dana penghiburan begantung pada komposisi beragam kebutuhan lainnya. Bisa lima atau 10, atau maksimal 15 persen dari peghasilan keluarga mapun pribadi. Saya memilih 10%. Kadang-kadang memasang alokasi dengan prinsip rasa tahu diri. Maksudnya, kalau sedang banyak kebutuhan jatah penghiburan dipangkas separuhnya, bila sedang bonus mampir bolehlah ditambah lebih banyak.
Jatah dana penghiburan tak harus disikat habis pada bulan itu. Boleh juga disimpan kok, supaya cukup untuk acara-acara jalan-jalan yang lebih seru dan membutuhkan biaya lebih besar. Beberapa kali saya hanya menggunakan setengah dana penhiburan atau bahkan membiarkannya utuh agar selepas tiga bulan, bisa untuk jalan-jalan. Sesukanya! Selamat jalan-jalan…..!
Profil Penulis
Arin Swandari, pernah bekerja selama 15 tahun di Kantor Berita Radio KBR sebagai jurnalis, editor dan penyiar. Ia menulis buku sendiri sekaligus menjadi co-writer. Bukunya antara lain, Melawan Penjual, Fund Planing (co-witer) Perencanaan Keuangan Mike Rini, tiga buku Serial Cabe Rawit SCTV, Mengakhiri Era Buruh Murah (co-writer). Arin juga biasa menjadi moderator dan host takshow, seminar, diskusi, trainer radio broadcasting dan radio journalism dll.
Arin bisa dihubungi a_swandari@yahoo.com