Membangun Kebiasaan Belanja Sehat

by February 4, 2015

Membangun Kebiasaan Belanja Sehat

Membangun Kebiasaan Belanja Sehat

 

Setiap bulan, keluarga Armin punya rutinitas yang mengasyikan, yaitu belanja bulanan. Biasanya mereka belanja di hipermarket, karena selain berbelanja juga bisa sekalian cuci mata. Tapi sesungguhnya, baik Armin maupun istri bahkan kedua anaknya, tidak hanya sekali sebulan saja ke pusat belanja. Terutama sang istri, bisa berkali-kali menengok ritel besar tersebut. Apa yang dibeli? Macam-macam, terutama yang tidak pernah ada dalam daftar belanjaan bulanan. Kadang, Armin pusing juga menyimak perilaku belanja anggota keluarganya tersebut.

Tapi apa yang harus dilakukannya?

Akibat dari kebiasaan belanja yang tidak teratur tersebut, sebagai kepala keluarga pusing tujuh keliling memikirkan kekurangan uang setiap akhir bulan. Ia harus berpikir keras untuk mencari tambahan pemasukan. Dia sadar, ada yang salah dengan pola hidup keluarganya, misalnya tidak pernah menabung. Jangankan untuk menabung, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja seringkali tidak cukup.

Sesungguhnya, ada hubungan yang sangat kuat antara kebiasaan berbelanja dengan pola menabung. Saya tidak melarang Anda untuk berbelanja. Tapi, buatlah sebuah kebiasaan berbelanja yang sehat. Jangan hanya tubuh dan pikiran saja yang sehat, cara berbelanja pun harus sehat. Jika pola belanja Anda sehat, maka seberapa pun besarnya gaji keluarga, pasti bisa menabung.

Tidak percaya?

Simak uraiannya!

 

Pertama, harus disadari bahwa memang tidak mudah mengubah kebiasaan belanja, dari yang lama ke yang baru yang lebih sehat. Sebagai contoh para perokok. Meski sudah tahu mengundang penyakit, meski sadar ingin berhenti, tapi sulitnya minta ampun. Banyak perokok yang gagal berhenti, karena godaan nikmatnya merokok yang lebih besar. Well… Memang sulit sekali jika seseorang harus berhenti merokok sekaligus. Tapi cobalah mengubah dengan cara perlahan, sedikit demi sedikit. Misal, jika satu hari biasa menghabiskan satu bungkus isi 12 batang, kenapa tidak dicoba untuk mengurangi satu batang rokok saja terlebih dahulu. Sehingga pada hari kedua bisa menghabiskan 11 batang, lalu hari ketiga atau keempat hanya 10 batang dan seterusnya. Bedanya tidak terasa bukan? Demikian pula dalam berbelanja. Kebiasaan buruk belanja apa saja, bisa dikurangi secara perlahan.

 

Kedua, perhatikan tip belanja berikut ini, agar Anda menjadi lebih sehat dan cerdas.

  • Kurangi membeli barang-barang yang nilainya menurun.

Belanjakanlah uang Anda pada barang-barang yang nilainya terus naik. Kebanyakan orang berbelanja pada barang-barang yang nilainya habis begitu digunakan seperti makanan, pakaian atau nilainya terus menurun seperti barang elektronik dan barang-barang konsumtif lainnya. Apa yang membedakan barang konsumtif atau bukan? Ukurannya biasanya adalah apakah barang tersebut Anda butuhkan atau hanya keinginan saja. Selama Anda sudah bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan maka berbelanja adalah hal yang wajar dilakukan dan bukan sekedar lapar mata saja

 

  • Little stuff means a lot.

Seringkali kita tidak merasa keluar uang banyak untuk membeli rokok, jajan camilan atau sekedar ngopi. Wajar saja jika kita lupa karena jumlahnya kecil saja dan sudah menjadi kebiasaan belanja kita. Bahayanya adalah karena menjadi kebiasaan belanja sehari-hari maka kita lupa bahwa jumlah yang kecil tadi jika kita kalkulasi dalam sebulan atau setahun jumlahnya besar juga. Padahal, dengan jumlah sebesar itu jika diinvestasikan akan menghasilkan return yang menguntungkan.

 

  • Jaga total cicilan hutang dibawah 30% dari pendapatan.

Sebagian keluarga membeli berbagai keperluan dengan cara mencicil. Tidak ada yang salah dengan kebiasaan belanja dengan cara ini, kecuali kalau kebablasan. Misal, jumlah cicilan setiap bulan mencapai 50% dari penghasilan, sedangkan kebutuhan sehari-hari menghabiskan 70% gaji. Kemana harus menombok sisa kebutuhannya? Bisa-bisa Anda mencari pinjaman sana-sini untuk menutupi kebutuhan rumah tangga. Maka ingatlah, jika berhutang jagalah agar total cicilan per bulan tidak lebih dari 30% penghasilan. Sehingga Anda masih punya sisa 70% untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.

 

  • Kartu kredit bukan uang lebih.

Kebiasaan belanja dengan kartu kredit seringkali membuat kita lebih kaya daripada yang sebenarnya. Limit kartu kredit membuat kita serasa mempunyai uang tunai lebih. Padahal limit kartu kredit yang diberikan tidak gratis. Begitu kita pakai maka kita harus mengembalikannya dan jika tidak sanggup membayar lunas maka akan dikenakan bunga, yang biasanya cukup mencekik, apalagi kalau terakumulasi secara terus menerus. Kita sudah sering mendengar, banyak orang yang terlilit masalah kartu kredit. Nah, untuk menghindari lilitan kartu kredit, ingatlah agar hanya mengunakannya untuk keperluan tertentu. Sedangkan untuk belanja sehari-hari bayarlah dengan uang tunai atau dari kartu ATM/debit. Simpanlah kartu kredit untuk keadaan darurat, sebagai sumber dana cepat kala keadaan gawat namun uang tunai tidak tersedia.

Baca artikel lainnya mengenai Mengukur Tingkat Pengeluaran

 

Mike Rini Sutikno, CFP
PT. Mitra Rencana Edukasi – Perencana Keuangan / Financial Planner
Website. www.mre.co.id, Portal. www. kemandirianfinansial.com
Fanspage. MreFinancialBusiness Advisory, Twitter. @mreindonesia
Google+. Kemandirian Finansial, Email. info@mre.co.id,
Youtube. Kemandirian Finansial, Mitra Rencana Edukasi
Workshop The Enterprise You – Cara Pintar Ngatur Duit, Berbisnis dan Berinvestasi
Workshop : Smart Money Game (Papan Permainan Edukasi Perencana Keuangan)